Saya norak abis. Saya baru terjun ke dunia playground. Sebagai orang tua. Biasanya saya sebagai anak, or babysitter. Mendatangi tempat bermain ini sebagai orang tua, membuka cakrawala tersendiri. Karena selain mainan, tempat ini berisi anak-anak hampir semua dengan babysitternya. Baru beberapa bulan tiap pagi ke sini, saya sudah geleng-geleng kepala sampai tengkleng. Mulai dari anak-anak yang di boongin, di ancam, di bentak, sampai kekerasan fisik seperti di cubit, pukul, di tarik, di dorong. Belum lagi yang di tinggal ngobrol sesama pembantu, hape-an atau jorok luar biasa.
Emang kalau yang jagain emak nya langsung, sempurna? Ya ga. Bisa jadi ngancem juga, membentak juga, di tinggal hapean juga. Tapi kita mukul anak kita sama anak kita di pukul orang lain, masa sih sama? Kita nyuekin anak kita sambil hape-an dengan orang nyuekin, masa sih sama? Kalau sama, berarti saya aja yang merasa beda. Menurut saya seorang ibu ngajarin sharing, sama orang lain yang tidak ada talian darah, tak mungkin sama. Apalagi jika tingkat pendidikan berbeda. Menurut saya, dalam mengayun, memotivasi memanjat, bermain bola, dengan dan tanpa adanya cinta, berbeda.
Kita tidak perlu terus menerus bersama dan menemani anak, tapi ketika mereka perlu di temani, apalagi di luar rmh, jangan di delegasikan. Anda benar-benar tidak melihat apa yang dilakukan penjaga-penjaga itu di sana. Ah, mungkin pembantu di tempat ibu tinggal saja, kata mereka. Orang-orang yang tinggal di apartemen bisa memberikan testimoni bahwa sama. Karena itu bukan anak mereka. Beda jika kita mengasuh karena cinta, di banding dengan karena rupiah. Di belahan bumi mana pun. Percayalah.
Raise them yourself,
Kommentare